KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas kehadiratnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah ini merupakan peninjauan kami dalam aspek kehidupan
di suatu daerah yang telah mengalami perubahan kebudayaan di daerah tersebut.
Dengan selesainya makalah ini kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung hingga selesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki
banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak agar makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….…..1
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………….………….…2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang…………………………………………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan
Pembangunan…………………………………………………………………………………………………………..4
B. Perubahan
Agama………………………………………………………………………………………………………………………4
C. Pendidikan………………………………………………………………………………………………………………..6
DAFTAR PUSTAKA…………..………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Papua
adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pula
Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya
merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea
berdasarkan parameter yang menyatakan bahwa tingkat hidup manusia
telah maju dan berubah tentu ada ukuran yang telah ditetapkan oleh orang pandai
dalam disiplin bidang ilmu tertentu yang sudah digunakan pada negara-negara di
dunia untuk mengukur tingkat kehidupan masyarakat di suatu daerah atau negara.
Terhadap pendekatan ini pada saat ini tidak kami sentuh atau gunakan, yang
dapat kami gunakan penilaian ini adalah pengamatan kami secara langsung sesuai
dengan kondisi lapangan dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Atas dasar itu
sesuai tugas pokok Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yaitu
membantu Presiden mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan memfasilitasi
perencanaan serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan percepatan pembangunan
di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berdasarkan Perpres Nomor 65 dan 66
Tahun 2011.
Sebelum melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi harus
mengetahui lebih dahulu apa yang telah dicapai oleh Pemerintah selama ini dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Data-data dan ukuran-ukuran secara umum
dapat kami peroleh dari Buku Kabupaten Dalam Angka, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Potensi Desa dan sumber-sumber lainnya yang digunakan oleh
Pemerintah untuk mengukur perkembangan dan kemajuan suatu daerah dan
masyarakatnya. Hasil pengendalian dan evaluasi ini ada saran tindak atau rekomendasi
apa yang harus diprogramkan pada masa datang bagi Kementerian/ Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang tepat sasaran dan tepat waktu untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat.
Jadi telah banyak terjadi perubahan yang dialami di wilayah papua
selama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
perubahan yang terjadi di
papua sangat jelas tampak di era globalisasi ini, seperti dari segi
infrasruktur pembangunan , bahasa, agama, dan cara mereka bersosialisi.
A.
Perubahan pembangunan
Para pemimpin Papua yang menjabat sebagai Bupati,
Walikota dan Gubernur telah banyak berbuat bagi kemajuan daerah dan masyarakat
yang dipimpinnya. Yang dari dulu tidak ada sekarang menjadi ada, yang dulu
menjadi mimpi sekarang menjadi kenyataan. Hal ini tidak dapat disangkal atau
dipungkiri. Berdiri bangunan pemerintahan yang kokoh di tengah lembah, sungai,
dataran, kepulauan dan pesisir pantai, dan wilayah perbatasan menjadi bukti
sejarah yang abadi yaitu kantor Bupati, kantor DPRD, kantor-kantor dinas dan
badan, perumahan pegawai, lapangan upacara, rumah tamu, dengan konstruksi yang
permanen. Berusaha membangun infrastruktur transportasi, lapangan terbang,
pelabuhan kapal, dan jalan, jembatan menuju ibukota kabupaten maupun ke distrik
dan kampung kampung secara bertahap dan berlanjut dilaksanakan.
Kesehatan rakyat juga menjadi perhatian dengan membangun Puskesmas,
rumah sakit, pengadaan obat, peralatan, dan tenaga medis dan dokter. Tentu
belum seluruh masyarakat menikmati dan merasakan sentuhan pembangunan ini.
Tetapi yang pasti pembangunan ini secara bertahap dan berlanjut dilaksanakan
oleh pemerintah sehingga semua masyarakat, dapat memperoleh sentuhan
pembangunan nanti.
Ini telah menjadi tekad Bupati, Walikota,
dan Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan penentu kebijakan pembangunan, yang
juga di berikan kewenangan oleh negara untuk mengatur, menata, dan mengelola
keuangan negara di daerahnya dan akan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat
B.
Perubahan
agama
Awalnya di papua agama islam sudah ada, Namun, kejayaan Islam di Papua surut
ketika dua misionaris asal Jerman datang. Mereka adalah CW Ottow dan GJ
Geissler yang mendarat di Papua pada 5 Februari 1855.
Hingga saat ini, tanggal kedatangan mereka diperingati umat Kristen Papua sebagai hari bersejarah. Dua misionaris tersebut bisa masuk ke Papua setelah mendapatkan izin dari pihak kerajaan Islam masa itu.
Keberadaan Kristen di Papua kian berkibar setelah masuknya Belanda. Selain mendatangkan tentara, Belanda juga mengirim misionaris Kristen.
Ali Athwa dalam bukunya “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menulis, sejak kedatangan Belanda, sejumlah tokoh Islam Papua ditekan dan dipenjarakan. Mereka di antaranya Alwi Racham dan Raja M Rumangseng AlAlam Umar Sekar.
Mereka ditangkap dan dipenjarakan karena tidak mau menyerahkan pendapatan dari tambang minyak kepada Belanda. “Tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati, Muhammad Aminuddin Arfan, juga bernasib sama. Dia dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda. Sejak itu, Kristen berjaya di Papua dan diklaim sebagai agama asli Papua.
Meski sempat tenggelam, Islam mulai bangkit kembali di Papua. Saat ini, diperkirakan terdapat 900 ribu Muslim yang tersebar di 29 kabupaten dan kota. Dari jumlah itu, sekitar 47 persen di antaranya merupakan penduduk asli. Sejumlah kepala suku Papua mulai berpindah agama dan membuat perubahan besar di komunitas mereka.
Sebenarnya, bukan hal aneh bila ada pemimpin pada level birokrasi ataupun kesukuan yang memeluk Islam. Kenyataannya, gubernur pertama Irian Jaya adalah seorang Muslim yakni H Zainal Abidin Syah (1956-1961). Disusul Gubernur Muslim lainnya, P Parmuji, Acup Zaenal, Sutran, dan Busiri.
Sementara itu, pada 26 Mei 1978, Kepala Suku Perang, Aipon Asso, menyatakan dirinya memeluk Islam pada usianya yang ke- 70. Keputusan ini diikuti oleh 600 orang warganya di Desa Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Selanjutnya, Walesi menjadi Perkampungan Muslim Tertinggi di Dunia karena berada pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 14 - 26 derajat Celcius.
Hingga saat ini, tanggal kedatangan mereka diperingati umat Kristen Papua sebagai hari bersejarah. Dua misionaris tersebut bisa masuk ke Papua setelah mendapatkan izin dari pihak kerajaan Islam masa itu.
Keberadaan Kristen di Papua kian berkibar setelah masuknya Belanda. Selain mendatangkan tentara, Belanda juga mengirim misionaris Kristen.
Ali Athwa dalam bukunya “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menulis, sejak kedatangan Belanda, sejumlah tokoh Islam Papua ditekan dan dipenjarakan. Mereka di antaranya Alwi Racham dan Raja M Rumangseng AlAlam Umar Sekar.
Mereka ditangkap dan dipenjarakan karena tidak mau menyerahkan pendapatan dari tambang minyak kepada Belanda. “Tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati, Muhammad Aminuddin Arfan, juga bernasib sama. Dia dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda. Sejak itu, Kristen berjaya di Papua dan diklaim sebagai agama asli Papua.
Meski sempat tenggelam, Islam mulai bangkit kembali di Papua. Saat ini, diperkirakan terdapat 900 ribu Muslim yang tersebar di 29 kabupaten dan kota. Dari jumlah itu, sekitar 47 persen di antaranya merupakan penduduk asli. Sejumlah kepala suku Papua mulai berpindah agama dan membuat perubahan besar di komunitas mereka.
Sebenarnya, bukan hal aneh bila ada pemimpin pada level birokrasi ataupun kesukuan yang memeluk Islam. Kenyataannya, gubernur pertama Irian Jaya adalah seorang Muslim yakni H Zainal Abidin Syah (1956-1961). Disusul Gubernur Muslim lainnya, P Parmuji, Acup Zaenal, Sutran, dan Busiri.
Sementara itu, pada 26 Mei 1978, Kepala Suku Perang, Aipon Asso, menyatakan dirinya memeluk Islam pada usianya yang ke- 70. Keputusan ini diikuti oleh 600 orang warganya di Desa Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Selanjutnya, Walesi menjadi Perkampungan Muslim Tertinggi di Dunia karena berada pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 14 - 26 derajat Celcius.
C.
Pendidikan
Di Papua, angka partisipasi sekolah dikatakan rendah, karena
masyarakat sendiri tidak mendukung anaknya untuk bersekolah. Dimana ada
beberapa kabupaten di Papua yang sampai sekarang, anak–anak usia sekolah justru
tidak bersekolah. Misalnya di Kabupaten Nduga, Puncak dan Puncak Jaya.
Bahkan, ada beberapa kabupaten sampai sekarang anaknya tidak
sekolah seperti kabupaten Nduga, Puncak dan Puncak Jaya atau hampir 20
kabupaten di Papua IPM (Indeks Pembangunan Manusia) masih rendah. “Untuk
kabupaten yang tingkat buta aksara masih rendah di kabupaten Nduga. Namun masih
ada beberapa kabupaten lagi yang masih rendah tingkat pendidikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dan IPM di
Papua rendah. Salah satunya adalah banyak guru yang meninggalkan tugas serta
jarak sekolah dengan pemukiman masyarakat jauh. Selain itu, kualitas guru juga
sangat menopang kualitas pendidikan. Untuk itu saat ini solusi yang dilakukan
Dinas pendidikan adalah pemberantasan buta aksara di Papua.
Meski fakta menunjukan bahwa pendidikan di
tanah Papua masih terpuruk tetapi ada pihak juga yang menilai kondisi
pendidikan di Papua saat ini sudah mengalami kemajuan. Hal ini bisa dilihat
dari pembangunan gedung sekolah yang bertingkat, kualitas guru, dosen, serta
anak didiknya boleh dikatakan dapat bersaing dengan daerah lain. Proses itu terjadi karena sudah ada
keperdulian dari orang tua dan pemerintah dalam mencerdaskan putra-putri Papua.
Tapi sayang masih banyak anak-anak Papua yang belum bisa membaca di tingkat SD
di daerah pedalaman atau daerah terpencil di Papua. Seharusnya seorang pendidik
mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap anak muridnya. Anak-anak papua juga ada
yang berprestasi Kualitas anak-anak Papua sudah teruji yang memperoleh
penghargaan tingkat Nasional behkan Internasional dalam dunia pendidikan.
Bahkan sudah banyak yang disekolahkan di manca Negara. Tinggal bagaimana
anak-anak Papua diberikan kesempatan sebanyak-banyak mungkin untuk berperan
dalam memajukan pendidikan di Papua.
Perubahan yang terjadi di papua juga terjadi pada masyarakatnya
yang sudah bisa menerima orang asing ataupun orang daerah lain yang berkunjung
ke papua untuk bersosialisasi mereka tidak menutupi diri lagi pada dunia luar.
Dan sudah banyak yang bisa berkomunikasi dengan bahasa kesatuan yaitu bahasa
Indonesia.
Masyarakat papua juga sudah mengenakan pakaian yang sopan ,
Terjadinya perubahan pola pakai (busana atau
pakain sehari-hari orang asli papua) akibat factor lingkugan tepatnya Jakarta hadir di Papua dengan membawa
misi khusus sebagai pembawa perubahan, modernisasi, kemajuan, memberantas
kemiskinan dan ketertinggalan. Misi itu begitu menggebu dalam semangat dan
tindak tanduk para pejabat. Sehingga masyarakat papua beralih dari pakaian
resmi adat papua (koteka) menjadi baju-baju yang sesuai dengan standar bahkan
mulai beranjak kepada pemakaian pakaian yang bermerk dan teruptodate (mengikuti
trend).
Selain itu factor
perubahan adalah Kemajuan infrastruktur, masuknya teknologi dan informasi ke
pedalaman dengan sendirinya mengubah pola pikir dan perilaku hidup masyarakat
pedalaman .
Itulah beberapa perubahan
yang terjadi di papua yang di survei oleh pemerintah, dan orang-orang yang
pernah bersosialisai atau berkunjung ke daerah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar