Jumat, 19 Desember 2014



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehadiratnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah  ini.
Makalah ini merupakan peninjauan kami dalam aspek kehidupan di suatu daerah yang telah mengalami perubahan kebudayaan di daerah tersebut.
Dengan selesainya makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga selesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua.





DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….…..1

DAFTAR
 ISI………………………………………………………………………………………………….………….…2

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN
A.      Perubahan Pembangunan…………………………………………………………………………………………………………..4
B.      Perubahan Agama………………………………………………………………………………………………………………………4
C.      Pendidikan………………………………………………………………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA…………..………………………………………………………………………………………..



BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pula Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea
berdasarkan parameter yang menyatakan bahwa tingkat hidup manusia telah maju dan berubah tentu ada ukuran yang telah ditetapkan oleh orang pandai dalam disiplin bidang ilmu tertentu yang sudah digunakan pada negara-negara di dunia untuk mengukur tingkat kehidupan masyarakat di suatu daerah atau negara. Terhadap pendekatan ini pada saat ini tidak kami sentuh atau gunakan, yang dapat kami gunakan penilaian ini adalah pengamatan kami secara langsung sesuai dengan kondisi lapangan dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Atas dasar itu sesuai tugas pokok Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yaitu membantu Presiden mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan memfasilitasi perencanaan serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat berdasarkan Perpres Nomor 65 dan 66 Tahun 2011.

Sebelum melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi harus mengetahui lebih dahulu apa yang telah dicapai oleh Pemerintah selama ini dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Data-data dan ukuran-ukuran secara umum dapat kami peroleh dari Buku Kabupaten Dalam Angka, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Potensi Desa dan sumber-sumber lainnya yang digunakan oleh Pemerintah untuk mengukur perkembangan dan kemajuan suatu daerah dan masyarakatnya. Hasil pengendalian dan evaluasi ini ada saran tindak atau rekomendasi apa yang harus diprogramkan pada masa datang bagi Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah yang tepat sasaran dan tepat waktu untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. 
Jadi telah banyak terjadi perubahan yang dialami di wilayah papua selama ini.

BAB II
PEMBAHASAN

perubahan yang terjadi di papua sangat jelas tampak di era globalisasi ini, seperti dari segi infrasruktur pembangunan , bahasa, agama, dan cara mereka bersosialisi.

A.   Perubahan pembangunan
Para pemimpin Papua yang menjabat sebagai Bupati, Walikota dan Gubernur telah banyak berbuat bagi kemajuan daerah dan masyarakat yang dipimpinnya. Yang dari dulu tidak ada sekarang menjadi ada, yang dulu menjadi mimpi sekarang menjadi kenyataan. Hal ini tidak dapat disangkal atau dipungkiri. Berdiri bangunan pemerintahan yang kokoh di tengah lembah, sungai, dataran, kepulauan dan pesisir pantai, dan wilayah perbatasan menjadi bukti sejarah yang abadi yaitu kantor Bupati, kantor DPRD, kantor-kantor dinas dan badan, perumahan pegawai, lapangan upacara, rumah tamu, dengan konstruksi yang permanen. Berusaha membangun infrastruktur transportasi, lapangan terbang, pelabuhan kapal, dan jalan, jembatan menuju ibukota kabupaten maupun ke distrik dan kampung kampung secara bertahap dan berlanjut dilaksanakan. 
Kesehatan rakyat juga  menjadi perhatian dengan membangun Puskesmas, rumah sakit, pengadaan obat, peralatan, dan tenaga medis dan dokter. Tentu belum seluruh masyarakat menikmati dan merasakan sentuhan pembangunan ini. Tetapi yang pasti pembangunan ini secara bertahap dan berlanjut dilaksanakan oleh pemerintah sehingga semua masyarakat, dapat memperoleh sentuhan pembangunan nanti.
Ini telah menjadi tekad  Bupati, Walikota, dan Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan penentu kebijakan pembangunan, yang juga di berikan kewenangan oleh negara untuk mengatur, menata, dan mengelola keuangan negara di daerahnya dan akan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat


B.   Perubahan agama
Awalnya di papua agama islam sudah ada,  Namun, kejayaan Islam di Papua surut ketika dua misionaris asal Jerman datang. Mereka adalah CW Ottow dan GJ Geissler yang mendarat di Papua pada 5 Februari 1855. 

Hingga saat ini, tanggal kedatangan mereka diperingati umat Kristen Papua sebagai hari bersejarah. Dua misionaris tersebut bisa masuk ke Papua setelah mendapatkan izin dari pihak kerajaan Islam masa itu.

Keberadaan Kristen di Papua kian berkibar setelah masuknya Belanda. Selain mendatangkan tentara, Belanda juga mengirim misionaris Kristen.

Ali Athwa dalam bukunya “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” menulis, sejak kedatangan Belanda, sejumlah tokoh Islam Papua ditekan dan dipenjarakan. Mereka di antaranya Alwi Racham dan Raja M Rumangseng AlAlam Umar Sekar. 

Mereka ditangkap dan dipenjarakan karena tidak mau menyerahkan pendapatan dari tambang minyak kepada Belanda. “Tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Salawati, Muhammad Aminuddin Arfan, juga bernasib sama. Dia dibuang dan diasingkan ke Maros karena menentang penjajahan Belanda. Sejak itu, Kristen berjaya di Papua dan diklaim sebagai agama asli Papua.

Meski sempat tenggelam, Islam mulai bangkit kembali di Papua. Saat ini, diperkirakan terdapat 900 ribu Muslim yang tersebar di 29 kabupaten dan kota. Dari jumlah itu, sekitar 47 persen di antaranya merupakan penduduk asli. Sejumlah kepala suku Papua mulai berpindah agama dan membuat perubahan besar di komunitas mereka.

Sebenarnya, bukan hal aneh bila ada pemimpin pada level birokrasi ataupun kesukuan yang memeluk Islam. Kenyataannya, gubernur pertama Irian Jaya adalah seorang Muslim yakni H Zainal Abidin Syah (1956-1961). Disusul Gubernur Muslim lainnya, P Parmuji, Acup Zaenal, Sutran, dan Busiri. 

Sementara itu, pada 26 Mei 1978, Kepala Suku Perang, Aipon Asso, menyatakan dirinya memeluk Islam pada usianya yang ke- 70. Keputusan ini diikuti oleh 600 orang warganya di Desa Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua. 

Selanjutnya, Walesi menjadi Perkampungan Muslim Tertinggi di Dunia karena berada pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 14 - 26 derajat Celcius.


C.   Pendidikan

Di Papua, angka partisipasi sekolah dikatakan rendah, karena masyarakat sendiri tidak mendukung anaknya untuk bersekolah. Dimana ada beberapa kabupaten di Papua yang sampai sekarang, anak–anak usia sekolah justru tidak bersekolah. Misalnya di Kabupaten Nduga, Puncak dan Puncak Jaya.
Bahkan, ada beberapa kabupaten sampai sekarang anaknya tidak sekolah seperti kabupaten Nduga, Puncak dan Puncak Jaya atau hampir 20 kabupaten di Papua IPM (Indeks Pembangunan Manusia) masih rendah. “Untuk kabupaten yang tingkat buta aksara masih rendah di kabupaten Nduga. Namun masih ada beberapa kabupaten lagi yang masih rendah tingkat pendidikannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dan IPM di Papua rendah. Salah satunya adalah banyak guru yang meninggalkan tugas serta jarak sekolah dengan pemukiman masyarakat jauh. Selain itu, kualitas guru juga sangat menopang kualitas pendidikan. Untuk itu saat ini solusi yang dilakukan Dinas pendidikan adalah pemberantasan buta aksara di Papua.

Meski fakta menunjukan bahwa pendidikan di tanah Papua masih terpuruk tetapi ada pihak juga yang menilai kondisi pendidikan di Papua saat ini sudah mengalami kemajuan. Hal ini bisa dilihat dari pembangunan gedung sekolah yang bertingkat, kualitas guru, dosen, serta anak didiknya boleh dikatakan dapat bersaing dengan daerah lain. Proses itu terjadi karena sudah ada keperdulian dari orang tua dan pemerintah dalam mencerdaskan putra-putri Papua. Tapi sayang masih banyak anak-anak Papua yang belum bisa membaca di tingkat SD di daerah pedalaman atau daerah terpencil di Papua. Seharusnya seorang pendidik mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap anak muridnya. Anak-anak papua juga ada yang berprestasi Kualitas anak-anak Papua sudah teruji yang memperoleh penghargaan tingkat Nasional behkan Internasional dalam dunia pendidikan. Bahkan sudah banyak yang disekolahkan di manca Negara. Tinggal bagaimana anak-anak Papua diberikan kesempatan sebanyak-banyak mungkin untuk berperan dalam memajukan pendidikan di Papua.

Perubahan yang terjadi di papua juga terjadi pada masyarakatnya yang sudah bisa menerima orang asing ataupun orang daerah lain yang berkunjung ke papua untuk bersosialisasi mereka tidak menutupi diri lagi pada dunia luar. Dan sudah banyak yang bisa berkomunikasi dengan bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia.
Masyarakat papua juga sudah mengenakan pakaian yang sopan ,
Terjadinya perubahan pola pakai (busana atau pakain sehari-hari orang asli papua) akibat factor lingkugan tepatnya Jakarta hadir di Papua dengan membawa misi khusus sebagai pembawa perubahan, modernisasi, kemajuan, memberantas kemiskinan dan ketertinggalan. Misi itu begitu menggebu dalam semangat dan tindak tanduk para pejabat. Sehingga masyarakat papua beralih dari pakaian resmi adat papua (koteka) menjadi baju-baju yang sesuai dengan standar bahkan mulai beranjak kepada pemakaian pakaian yang bermerk dan teruptodate (mengikuti trend).

 Selain itu factor perubahan adalah Kemajuan infrastruktur, masuknya teknologi dan informasi ke pedalaman dengan sendirinya mengubah pola pikir dan perilaku hidup masyarakat pedalaman .

Itulah beberapa perubahan yang terjadi di papua yang di survei oleh pemerintah, dan orang-orang yang pernah bersosialisai atau berkunjung ke daerah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar